Postingan

TERIMA KASIH, 2023

Halo Sebenarnya, aku tidak tahu bagaimana mendefinisikan 'aku' di tahun ini. Menjadi manusia penuh luka yang masih terus berusaha mencipta bahagianya, ataukah manusia yang selalu merasa bahagia padahal lukanya sangat menganga. Dan ya, sosok 'aku' yang sedang dibicarakan bukan hanya diriku, bisa saja kamu, dia, mereka, atau manusia lain yang merasa demikian. Jadi, bolehkah gadis ini bercerita tentang kisah sosok 'aku' dalam aksara ini? Barangkali, dia juga dirimu. *** Ratusan hari telah terlewati, hingga saat ini tepat di hari ke 365 tahun 2023, aku masih hidup. Menghela nafas panjang untuk kesekian kali seraya menatap diriku sendiri di cermin, netraku bergetar melihat aku disana; manusia dengan senyum lebarnya yang sudah berhasil melalui tahun ini dengan sangat baik. Tahun ini, bisa dibilang adalah awal dari perjalananku yang sesungguhnya.  Pertama, aku ingin bicara soal mimpi. Sebenarnya, aku punya banyak sekali mimpi yang ingin kuraih tahun ini, dan aku menyad

SEMESTA

Aku pernah berada di titik, dimana hidupku begitu teratur, segala hal yang kulakukan haruslah terencana dan terstruktur dengan baik. Aku berpikir bahwa dengan begitu hidupku akan baik-baik saja, tetapi tidak. Rasanya seperti ada yang hilang, seolah ada kepingan puzzle yang masih menjadi teka-teki. Sebelum kamu datang, semestaku adalah konstalasi yang sistematis. Aku tidak tahu caranya menikmati hujan, aku tidak mengerti caranya menghargai mentari yang hampir tenggelam di ufuk barat, dan masih banyak hal sederhana yang ternyata membuat bahagia tetapi tidak aku ketahui dan belum kulakukan. Pagi-pagiku hanya berisi repetisi membosankan yang mengenyangkan logika. Malam-malamku hanya tentang sekumpulan tugas yang membuat sakit kepala dan mata seperti panda. Aku lupa bahwa hutan pun bernapas, mentari punya kehidupan, dan kita diciptakan untuk melakukan hal-hal hebat diluar rutinitas harian yang menjenuhkan. Aku lupa bahwa semua yang ada didunia ini terhubung; bahwa cinta seharusnya jadi bah

KEPADA JIWA YANG ADA DALAM DIRIKU

Aksaraku kali ini, didedikasikan kepada diriku sendiri. Barangkali kamu tidak sengaja datang lalu mampir sejenak, bacalah! Sebab, mungkin hal ini juga yang ingin kamu katakan kepada jiwamu, namun tidak dapat kamu renungkan. *** Hai, kepada seseorang yang hidup didalam tubuhku. Mari kita duduk sejenak, menenangkan diri, dan mereda dari segala hal yang membuat kalut belakangan ini. Jangan sedih lagi, tatap dirimu lekat-lekat di cermin. Lihat, betapa hebatnya manusia yang kamu lihat itu. Tidak perlu terlalu keras berlari mengejar, berjalan pun kamu juga akan sampai pada tujuanmu. Pahami, bahwasanya semua harus dilakukan dengan kadar yang pas, tidak cepat dan tidak lambat. Jangan berlarut-larut, kasihanilah dirimu yang setiap hari semakin kalut. Untuk jiwa yang hidup dalam diriku, terima kasih atas segala ketangguhanmu selama ini. Sungguh, kamu adalah manusia yang hebat melebihi segala prasangka selama ini. Tetap bertahan meski hidup terasa berat, berbagai macam sakit yang membuat patah, d

PURNAMA UNTUK PALESTINA

Di belahan bumi penuh sejarah nan berduri Di tanah yang penuh duka  Mereka berdiri dengan kaki gemetar Namun hatinya sama sekali tak gentar Rumah-rumah luluh lantak Jalan-jalan penuh reruntuhan Tanahnya dilahap kobaran api  Habis, tandus, rusak, tak terbentuk Ribuan rudal, bom, nan sejenisnya membumihanguskan dunia mereka Berjuta serangan menghilangkan nyawa manusia-manusia tak bersalah Mereka berlarian tanpa arah dan tujuan Mereka terluka, kehilangan orang-orang, harta, benda, dan tanah kelahirannya Ini bukanlah puisi ataupun sajak hiburan Namun kisah negeri Palestina yang sedang berjuang untuk kebebasannya Dengarkanlah dunia! Nyanyian anak-anak Palestina ini Wahai semesta, tanah kami telah dihancurkan Tanah kami direnggut kebebasannya Tidak ada perayaan Tidak ada dekorasi hari raya Langit kami sedang bermimpi, bertanya kepada hari Kapan mentari terbit? Dimana purnama yang indah? Kemana kepakan sayap burung merpati? Dalam keheningan malam Suara tangis kami terbawa angin Dunia memaling

RUMAH?

Bicara soal rumah, menurutmu, sebenarnya dia berperan sebagai subjek atau objek? Bentuknya orang atau tempat? Atau barangkali, rumah hanyalah sebuah filosofi yang digambarkan oleh orang kesepian? Dan bagimu, apakah rumah yang kamu impikan adalah Tuan? Puan? Atau tempat tinggalmu? Jawabannya bisa diberikan kepada hati kecilmu yang paling dalam ya!  Aksaraku yang kesekian ini, hanya ingin mengutarakan makna rumah bagiku dan bagaimana bentuk rumah yang aku inginkan, barangkali tidak sama denganmu, tidak apa-apa. Kita adalah dua anak manusia yang berbeda kepala, tentu memiliki butuh yang tidak sama pula. Jadi, selamat menyelami aksaraku! *** Rumah; aku memaknainya sebagai tempat pulang dari segala riuh dan huru hara hariku. Dia bisa jadi objek, bisa jadi subjek. Aku butuh rumah seperti aku butuh bernapas, darurat dan gawat jika tidak memilikinya. Sebagai pribadi yang keras kepala dan merasa mampu melakukan segala hal sendirian, aku butuh 'rumah' untuk mengingatkan bahwa aku tidak b

MERAYAKAN AKU

Merayakan Berasal dari kata dasar raya, yang selalu merujuk pada arti yang luas. Sebenarnya, apa definisi dari merayakan itu sendiri?  Menurut KBBI, merayakan bisa berarti memuliakan. Lalu, apakah memuliakan yang sudah mulia? Atau memuliakan yang belum mulia? Atau sebenarnya tidak keduanya? Oh iya, aku ingin menyapa terlebih dahulu. Halo! Manusia-manusia haus perayaan yang saat ini sedang membaca tulisanku. Apakah kamu sudah dirayakan? Atau masih berusaha merayakan dirimu sendiri? Apapun itu, percayalah bahwa kamu mulia dimata Sang Maha Cinta. *** Seringkali, manusia terlalu mengutamakan hal besar hingga tidak dapat menghargai hal-hal kecil yang sebenarnya adalah bagian penting untuk mencapai hal besar tersebut. Sibuk merealisasikan banyak sekali ekspektasi, mengejar berbagai macam ambisi, dan berusaha dengan sangat keras mencapai apa yang diingini serta masih banyak lagi. Namun, dia lupa caranya bersyukur, menerima keadaan, menyadari bahwa apa yang dia lakukan sejauh ini sudah menjadi

HAL HEBAT

Aku ingin mendefinisikan kamu dalam banyak kata. Namun kemudian aku sadar, bahwa kamu lebih indah dari seluruh deretan aksaraku. Aku ingin mendeskripsikan betapa bahagianya aku menjadi orang terkasihmu, tapi aku sadar bahwa dari banyaknya kalimat indah itu, tidak ada yang dapat menggambarkannya.  Tuhan sangat baik ya? Menghadirkan manusia sepertimu sebagai tokoh spesial dalam kisah hidupku.  Tuhan membuatku bertemu dengan kamu disaat aku tidak ingin terlibat asmara dan menjatuhkan hati kepada siapapun, rasanya nanonano sekali. Tapi setelah kita berjalan beriringan, aku tidak menyangka akan seindah ini prosesnya. Aku sudah bertemu dengan banyak Tuan selama perjalanan ini, tapi denganmu aku merasa sudah menemukan rumah yang tepat sehingga jatuh cintaku tidak salah tempat.  Ketika memutuskan untuk menjadikanmu poros semesta, aku siap dengan segala resikonya. Aku bersedia menerima seluruhmu; ketidakmampuanmu, kebiasaan burukmu, dan segala hal tentangmu.  Aku tahu bahwa aku bukan orang pert